Pengertian
Dari berbagai sumber yang saya
kumpulkan, semua sepakat mengartikan bullying sebagai suatu tindakan
yang mengganggu orang lain, bisa secara fisik, verbal, atau emosional.
Bullying sering kali terlihat sebagai perilaku pemaksaan atau usaha
menyakiti secara fisik ataupun psikologis terhadap seseorang atau
kelompok yang lebih ”lemah” oleh seseorang atau sekelompok orang yang
mempersepsikan dirinya lebih ”kuat”.
Perbuatan pemaksaan atau
menyakiti ini terjadi di dalam sebuah kelompok, misalnya kelompok murid
di sekolah. Bisa saja bentuknya adalah tindakan memukul, mendorong,
mengejek, mengancam, memalak uang, melecehkan, menjuluki, meneror,
memfitnah, menyebarkan desas-desus, mendiskriminasi, dan lain
sebagainya. Kini, bullying tidak hanya dapat dilakukan secara tatap
muka, tetapi bisa lewat e-mail, chatting, internet yang berisi
pesan-pesan yang menyinggung perasaan orang lain.
Bullying adalah
penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau
sekelompok orang, suatu perilaku mengancam, menindas, dan membuat
perasaan orang lain tidak nyaman. Tindakan ini dilakukan dalam jangka
waktu sekali, berkali-kali, bahkan sering atau menjadi sebuah kebiasaan.
Berarti, sebenarnya bullying adalah tindakan kekerasan yang tidak hanya
terbatas terjadi di antara para murid di sekolah, siapa pun dan di mana
pun dapat mengalami tindakan ini.
Dampak bagi korban
Korban biasanya akan merasakan berbagai emosi negatif, seperti marah,
dendam, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam, tetapi
tidak berdaya menghadapinya. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat
mengembangkan perasaan rendah diri dan tidak berharga. Bahkan, tak
jarang ada yang ingin keluar dan pindah ke sekolah lain. Apabila mereka
masih bertahan di situ, mereka biasanya terganggu konsentrasi dan
prestasi belajarnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah. Dampak
psikologis yang lebih berat adalah kemungkinan untuk timbulnya masalah
pada korban, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut,
depresi, dan ingin bunuh diri.
Penanganan
Paling ideal adalah apabila ada kebijakan dan tindakan terintegrasi
yang melibatkan seluruh komponen mulai dari guru, murid, kepala sekolah,
sampai orangtua, yang bertujuan untuk menghentikan perilaku bullying
dan menjamin rasa aman bagi korban. Program anti-bullying di sekolah
dilakukan antara lain dengan cara menggiatkan pengawasan dan pemberian
sanksi secara tepat kepada pelaku, atau melakukan kampanye melalui
berbagai cara. Memasukkan materi bullying ke dalam pembelajaran akan
berdampak positif bagi pengembangan pribadi para murid.
Pemberdayaan individual bagi anak
- Beri kesempatan agar anak mau mengomunikasikan secara terbuka kepada
orangtua, guru, atau orang dewasa lain yang mereka percaya dapat
membantu mereka. Pupuk kedekatan hubungan, hargai perasaannya jika
sedang curhat, tidak menyelamatkannya dari emosi negatif, tetapi
berdayakan dia. Mengalami kondisi sulit akan membentuk daya tahan
baginya.
- Katakan kepada anak bahwa tidak ada satu pun cara yang
paling tepat untuk menghadapi bullying, satu cara yang terlihat benar
bagi seseorang mungkin tidak sesuai untuk yang lain. Yang penting adalah
bahwa anak sudah mencoba, mengetahui berbagai pilihan cara, dan dapat
memutuskan siapa yang dapat membantunya sejauh ini. Saran untuk
mengabaikan tindakan pelaku bisa saja diberikan, tetapi tidak selalu
berhasil. Perlu dilakukan strategi lainnya.
- Latih anak untuk
berani bicara, dengan kata lain bertindak asertif. Biarkan pelaku tahu
bahwa anak tidak nyaman dengan perlakuannya, tetapi dengan kata-kata
yang tidak balik menyakiti dan tidak membiarkan tindakan bullying terus
berlangsung. Anak sebagai korban memiliki hak untuk membela diri, dan
ada cara cerdas untuk melakukannya. Pastikan anak berbicara dengan cara
yang memecahkan masalah dan tidak menciptakan lebih banyak masalah
dengan orang lain.
Patti Criswell (2009) dalam bukunya, Stand up for Yourself and Your Friends, memberikan beberapa tips agar anak sebagai korban terlihat kuat dan dapat bertahan menghadapi pelaku:
1. Bertindak percaya diri: tegakkan kepala dan bahu, tataplah mata
pelaku tanpa bermaksud menantang dan jaga suara agar tetap stabil saat
berbicara. Bertindak percaya diri akan membantu anak merasa lebih
percaya diri.
2. Beristirahat: jika rasa percaya diri anak memudar, minta anak menjauh dari situasi tersebut.
3. Usahakan tetap tenang: anak dilatih untuk mencoba berekspresi
terganggu atau bosan. Jangan biarkan si pelaku tahu dia berhasil
mengganggunya.
4. Mendinginkan diri: dengan minum atau memercikkan air di wajah untuk membantu menenangkan perasaan panas.
5. Bernapas dalam-dalam. Menarik napas untuk memasukkan rasa percaya
diri dan kekuatan, dan mengeluarkan perasaan stres dan khawatir.
6. Lepaskan saja: berpikir tentang orang dewasa di sekolah yang dapat
mendengarkan dan membantu jika anak mengalami hari yang berat. Jika
tidak ada, tuliskan perasaan sehingga anak dapat membicarakannya ketika
sampai di rumah.
7. Latih anak agar tidak mencoba untuk membalas
dendam, karena dua kesalahan tidak membuat menjadi benar. Tidak meminta
orang lain untuk berpihak, karena hanya akan terus melanjutkan
pertengkaran. Tidak tinggal di rumah untuk menghindari si pengganggu di
sekolah. Jangan bertindak histeris-hindari berteriak, merengek, dan
kehilangan kontrol.
Setiap hari ratusan (bahkan ribuan) anak Indonesia mengalami
ketakutan untuk pergi ke sekolah. Di seluruh dunia, jutaan anak punya
masalah dengan bullying di sekolahnya. Bullying adalah suatu masalah
besar ! Tidak hanya berdampak pada si anak yang mengalami bullying saja,
tapi juga orang tua, guru, teman, dan lingkungan sekitarnya. Mengapa ?
Bullying sudah jelas, pasti menjadi
problem psiko-sosial bagi si anak yang mengalaminya. Bullying
kemungkinan besar akan luput dari pandangan orang tua, guru, atau orang
dewasa lainnya. Mereka mungkin tidak akan memahami seberapa parah dampak
bullying pada sang anak.
Apa sih bullying itu ? Secara definisi, bullying adalah suatu keadaan
dimana seseorang “dikerjain” secara berulang-ulang oleh seorang atau
sekelompok individu yang memiliki power yang berbeda. Yang saya maksud
dengan “Power” di sini bisa berarti tenaga fisik atau posisi sosial
(misalnya lebih kaya, lebih cantik, lebih bergengsi, dll).
Sedikitnya ada 2 masalah utama dibalik terjadinya bullying di sekolah : Penampilan, dan Status sosial.
Pelaku bullying (disebut “Bully”) selalu memilih target / korban dari
kalangan teman yang menurut mereka tidak cocok untuk bergaul bersamanya;
bisa karena penampilan, sifat (misalnya pemalu, pendiam), ras, agama,
atau suku. Dan pilihan target akan jatuh pada individu yang menurut
mereka inferior atau di bawah strata mereka.
Bullying dapat terjadi secara fisik, psikologis, verbal, maupun
seksual. Secara fisik contohnya dengan dipukul, dicubit, didorong,
dijegal, dll. Secara psikologis misalnya dipermalukan di depan umum,
dipanggil dengan nama cemoohan, dihasut, difitnah, barang-barangnya
disembunyikan, dll. Secara verbal contohnya dicaci maki langsung,
diteror (baik melalui telepon, sms, atau email). Secara seksual bisa
terjadi dari yang paling ringan dicolek-colek, sampai yang paling parah
diperkosa.
Bagaimana rasanya menjadi korban bullying ?
Hal yang paling menyakitkan dari bullying adalah : Berulang-ulang.
Seseorang boleh saja bertengkar di sekolah, atau kesal karena dihukum
oleh gurunya… Seminggu setelah itu, keadaan akan kembali normal, dan dia
akan mengambil pelajaran dari kejadian yang tidak enak tadi. Oke, fine,
problem selesai. Lain halnya dengan bullying, proses tadi terjadi
berulang-ulang, setiap hari, setiap waktu istirahat, setiap ada
kesempatan, selama bertahun-tahun…. akan jadi apa korbannya ???
Bila hanya terjadi satu atau dua kali memang tidak apa-apa. Tapi bila
proses tersebut berulang terus-menerus, si korban bullying akan selalu
berada dalam keadaan ketakutan yang konstan. Keadaan inilah yang secara
psikologis berbahaya dan berpotensi menjadikan si anak memiliki
kepribadian yang menyimpang. Anak akan berkembang menjadi pribadi yang
tidak percaya diri, stress, depresi, cemas, bahkan secara statistik anak
yang mengalami bullying pada masa sekolah berpotensi untuk melakukan
bunuh diri. Seru kan ?
Belum lagi masalah fisiknya yang pasti akan ikut terganggu baik
akibat bullying secara fisik (dipukul, ditendang, dll), maupun efek
psikologis yang menjadi penyakit (dalam bahasa medis disebut
Psiko-somatis); seperti sering sakit perut, gampang pusing, tidak nafsu
makan, dan ujung-ujungnya gampang sakit.
Bullying adalah masalah besar. Bullying adalah kekerasan, yang akan
semakin meningkat dengan berkembangnya usia si pelaku (Bully). Bukan
berita baru bagi kita bila kita dengar ada anak yang meninggal di
sekolah, meninggal di kampus, karena bullying atau orientasi yang
berlebihan.
Bagi si pelaku bully… statistik menyebutkan bahwa 1 dari 4 anak yang
dulu melakukan bullying pada usia sekolah memiliki catatan kriminal
sebelum mereka menginjak usia 30. Sebagian dari mereka menjalani
hidupnya sebagai sampah masyarakat, terasing dari lingkungan dan
teman-temannya, gagal merintis karir dalam hidupnya, atau bahkan gagal
dalam hidupnya….
Stop bullying di sekolah !
Bullying
merupakan suatu kejadian yang seringkali tidak terhindarkan terutama di
sekolah. Bullying adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk
menyakiti seseorang atau sekelompok, suatu perilaku mengancam, menindas
dan membuat perasaan orang lain tidak nyaman. Seseorang yang bisa
dikatakan menjadi korban apabila dia diperlakukan negatif (secara
sengaja membuat luka atau ketidak nyamanan melalui kontak fisik, melalui
perkataan atau dengan cara lain) dengan jangka waktu sekali atau
berkali-kali bahkan sering atau menjadi sebuah pola oleh seseorang atau
lebih.
Bullying seringkali terlihat sebagai bentuk-bentuk
perilaku berupa pemaksaan atau usaha menyakiti secara fisik maupun
psikologis terhadap seseorang atau kelompok yang lebih ‘lemah’ oleh
seseorang atau sekelompok orang yang mempersepsikan dirinya lebih
‘kuat’. Perbuatan pemaksaan atau menyakiti ini terjadi di dalam sebuah
kelompok misalnya kelompok siswa satu sekolah.
Contoh perilaku bullying antara lain:
Kontak fisik langsung (meminta dengan paksa apa yang bukan miliknya, memukul, menampar, mendorong, menggigit, menarik rambut, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain, pelecehan seksual).
Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme, merendahkan (put-downs), mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip).
Perilaku non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam; biasanya diertai oleh bullying fisik atau verbal).
Perilaku non-verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng).
Bullying tidak selalu berlangsung dengan cara berhadapan muka tapi dapat juga berlangsung di belakang teman. Pada siswa, mereka menikmati saat memanggil temannya dengan sebutan yang jelek, meminta uang atau makanan dengan paksa atau menakut-nakuti siswa yang lebih muda usianya. Sementara siswi melakukan tindakan memisahkan rekannya dari kelompok serta tindakan lainnya yang bertujuan menyisihkan individu lainnya dari grup, dan peristiwanya, sangat mungkin terjadi berulang.
Pelaku bullying mulai dari; teman, kakak kelas, adik kelas, guru, hingga preman yang ada di sekitar sekolah. Lokasi kejadiannya, mulai dari; ruang kelas, toilet, kantin, halaman, pintu gerbang, bahkan di luar pagar sekolah.
Dampak perilaku bullying.
Tidak semua korban akan menjadi pendukung bullying, namun yang paling memprihatinkan adalah korban-korban yang kesulitan untuk keluar dari lingkaran kekerasan ini. Mereka merasa tertekan dan trauma sehingga mempersepsikan dirinya selalu sebagai pihak yang lemah, yang tidak berdaya, padahal mereka juga asset bangsa yang pasti memiliki kelebihan-kelebihan lain.
Bagaimana anak bisa belajar kalau dia dalam keadaan tertekan? Bagaimana bisa berhasil kalau ada yang mengancam dan memukulnya setiap hari? Sehingga amat wajar jika dikatakan bahwa bullying sangat mengganggu proses belajar mengajar.
Bullying ternyata tidak hanya memberi dampak negatif pada korban, melainkan juga pada para pelaku. Bullying, dari berbagai penelitian, ternyata berhubungan dengan meningkatnya tingkat depresi, agresi, penurunan nilai akademik, dan tindakan bunuh diri. Bullying juga menurunkan skor tes kecerdasan dan kemampuan analisis para siswa. Para pelaku bullying berpotensi tumbuh sebagai pelaku kriminal, jika dibandingkan dengan anak-anak yang tidak melakukan bullying.
Bagi si korban biasanya akan merasakan banyak emosi negatif (marah, dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam) namun tidak berdaya menghadapinya. Dalam jangka panjang emosi-emosi ini dapat berujung pada munculnya perasaan rendah diri bahwa dirinya tidak berharga.
Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial juga muncul pada para korban. Mereka ingin pindah ke sekolah lain atau keluar dari sekolah itu, dan kalaupun mereka masih berada di sekolah itu, mereka biasanya terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah.Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri,
Pencegahan dan penanggulangan perilaku bullying.
Semua orang bisa menjadi korban atau malah menjadi pelaku bullying. Diperlukan Kebijakan menyeluruh yang melibatkan seluruh komponen sekolah mulai dari guru, siswa, kepala sekolah sampai orang tua murid, yang tujuannya adalah untuk dapat menyadarkan seluruh komponen sekolah tadi tentang bahaya terselubung dari perilaku bullying ini.
Kebijakan tersebut dapat berupa program anti bullying di sekolah antara lain dengan cara menggiatkan pengawasan, pemahaman konsekuensi serta komunikasi yang bisa dilakukan efektif antara lain dengan Kampaye Stop Bullying di Lingkungan sekolah dengan sepanduk, slogan, stiker dan workshop bertemakan stop bulying. Kesemuanya ini dilakukan dengan tujuan paling tidak dapat meminimalisir atau bahkan meniadakan sama sekali perilaku bullying di sekolah.
Diharapkan dengan adanya kebijakan itu sekolah bukan lagi tempat yang menakutkan dan membuat trauma tapi justru menjadi tempat yang aman dan menyenangkan bagi siswa, merangsang keinginan untuk belajar, bersosialisasi dan mengembangkan semua potensi siswa baik akademik, sosial ataupun emosinal. Sekolah dapat menjadi tempat yang paling aman bagi anak serta guru untuk belajar dan mengajar serta serta menjadikan anak didik yang mandiri, berilmu, berprestasi dan berakhlak mulia. Bukan malah sebaliknya mencetak siswa-siswa yang siap pakai menjadi tukang jagal dan preman.
So, buat apa nge-bully ? Apakah itu akan berguna buat lo ? Ngga kan ? Dan, apa lo mau di bully? Ngga kan? Gue yakin orang yang lo bully itu nyesek. Rasain deh apa yang mereka rasain ! Gue yakin, setiap orang yang lagi di bully itu kata-kata nya begini "Sempat ngerasa sedih sih. Sering malu juga kalo dicibir." gue punya motivasi buat kalian yang sering di bully "Jangan hiraukan mereka yang benci! Menghina penuh iri, ngelukain hati lo. Mungkin aja mereka pengen kaya lo, tapi ternyata kaga bisa." So, let's STOP BULLYING !
izin copy ya untuk tugas sekolah, terima kasih😊😊
BalasHapus